MIMPIKU ADALAH MEREKA
Tulisan ini akan menceritakan pengalaman beberapa tahun seseorang, yaitu penulis sendiri yang bernama Heriyanti. Saya adalah seorang perempuan biasa yang memiliki mimpi tidak biasa dan akan meraih mimpi tersebut dengan langkah yang luar biasa. Kalimat tersebut merupakan moto hidup saya setelah mengenal mereka dan mimpi saya. Siapakah mereka? Apa juga mimpi saya? Semuanya akan terungkap dalam tulisan singkat ini. Semoga semua kisah saya dapat menginspirasi siapapun yang membaca terutama diri saya sendiri dalam mengingat kembali kisah saya.
Mimpi saya untuk beberapa tahun kedepan antara lain ingin mendirikan beratus-ratus perpustakaan untuk mereka yang membutuhkan bersama komunitas saya,Komunitas Jendela, dan memajukan kesejahteraan masyarakat di tempat wisata yang saya kunjungi. Mengapa mimpi saya ada dua dan dilihat dari manapun tidak ada hubungannya sama sekali? Satu mimpi berhubungan dengan perpustakaan atau pendidikan, dan satu lagi berhubungan dengan kesejahteraan terutama di tempat wisata. Semua mimpi tersebut merupakan passion hidup saya,yang suka sekali dengan buku dan jalan-jalan.
Di tulisan ini, saya ingin menceritakan mimpi saya di dunia pendidikan terutama perpustakaan dan semoga mimpi kedua saya, bisa saya ceritakan di tahun berikutnya.Mimpi saya dimulai ketika saya pergi ke salah satu kabupaten di Sulawesi Utara di tahun 2011 untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) . Salah satu tugas saya selama saya KKN adalah mengajar di Sekolah Dasar (SD). Awal mulanya,saya sangat menantikan dan sampai KKN selesai pun saya sangat bersyukur mendapatkan pengalaman untuk mengajar di sekolah tersebut.
Saya dapat giliran mengajar di kelas 4,5 dan 6 SD dengan pelajaran yang berganti-ganti. Pengalaman mengajar di SD tersebutlah yang membuat saya memiliki mimpi di dunia pendidikan, terutama di buku. Seorang anak dari kelas 4 SD di sekolah tersebutlah yang membuat saya menjadi berpikir “tidak semua anak-anak di negeri ini yang mendapatkan pendidikan yang layak”. Miris sekali, mengapa? Karena anak tersebut yang sudah duduk di kelas 4 SD masih ditemani seorang guru untuk membaca. Bayangkan saja, kemampuan baca tulis itu seharusnya sudah dimiliki oleh anak seminimal-minimalnya di kelas 1 atau 2 SD, tapi disana anak kelas 4 SD pun masih ada yang susah untuk membaca.
Kejadian tersebut menyadarkan saya pentingnya kemampuan baca, darimana kemampuan tersebut didapatkan seorang anak ? Dari banyaknya dia mencoba untuk baca buku. Tapi kalau buku saja susah untuk didapatkan, bagaimana anak tersebut dapat belajar membaca.
Sepulangnya dari tempat KKN saya, saya kembali ke Yogyakarta, tempat saya kuliah. Sesampainya di Jogja, hal pertama yang harus saya lakukan adalah mencari komunitas atau organisasi yang memiliki mimpi yang sama dengan saya, dunia perpustakaan dan buku. Komunitas tersebut adalah Komunitas Jendela. Komunitas Jendela merupakan komunitas yang peduli dengan minat baca anak-anak dan mendirikan perpustakaan. Pilot project Komunitas Jendela terletak di Shelter Gondangdia 1 Cangkringan Sleman. Akhirnya di bulan Oktober 2011, saya bergabung dengan Komunitas Jendela.
Saya mendapatkan banyak pengalaman berharga di Komunitas Jendela, pengalaman untuk berbagi dengan mereka, anak-anak yang membutuhkan perhatian, anak-anak yang membutuhkan jalan untuk membuka dunia mereka ke dunia yang lebih baik. Dengan hadirnya Komunitas Jendela di kehidupan mereka, mereka pun lebih berani untuk memiliki cita-cita dan mimpi yang tinggi. Hal yang sama pun dialami oleh saya dan teman-teman di Komunitas Jendela,setelah berbagi dengan mereka, banyak sekali yang kami dapatkan, salah satunya bersyukur.
Berbagi itu merupakan salah satu bentuk dari rasa bersyukurnya kita ke Tuhan. Kita harus mensyukuri semua yang Tuhan telah berikan untuk kita, karena Tuhan sudah mengatur jalan masing-masing untuk semuanya. Apabila salah satu dari kita mengalami kegagalan,janganlah bersedih atau jatuh,tetapi tetap harus bersyukur karena itu adalah bentuk kasih sayang-Nya ke kita. Hal yang sama pun dalam berbagi, itu adalah bentuk bersyukur dan kasih sayang kita kepada-Nya.
Setelah saya kembali ke Jakarta karena saya sudah menyelesaikan tugas saya di Jogjakarta, saya sempat kepikiran, apa yang harus saya lakukan untuk mimpi saya? Pikiran tersebut muncul karena Komunitas Jendela baru terdapat di Jogja dan belum membuka cabang di kota lain. Tetapi, apabila niat kita untuk berbagi sudah tulus dari hati, jalan untuk berbagi dan bersyukur itu pun akan terbuka,salah satunya dengan mendirikan cabang Komunitas Jendela di Jakarta. Komunitas Jendela di Jakarta atau yang sering dikenal dengan Jendela Jakarta memiliki perpustakaan di Manggarai.
Akhirnya, saya pun aktif di Jendela Jakarta dan karakteristik anak-anak di Manggarai sangat berbeda jauh dengan anak-anak asuh kami di Jendela Jogja. Walaupun demikian, karakteristik itulah yang membuat pengalaman saya dan teman-teman di Jendela Jakarta menjadi semakin banyak. Ada satu kalimat dari Kak Seto, pemerhati masalah anak-anak, yang menginspirasi saya untuk tidak mengeneralisasikan semua anak-anak ke dalam satu karakteristik. Kalimat tersebut adalah “Pada dasarnya semua anak itu hebat, hanya cara mendidiknya yang salah.Anak itu memang harus bandel, anak yang diam yang harus dikhawatirkan. Jangan bermimpi memiliki anak yang penurut, Anda akan frustasi.” Setiap anak akan membawa dampak positif ke orang sekitarnya termasuk saya dan teman-teman, kakak-kakak asuh mereka. Saya percaya akan hal tersebut dan terus menanamkan di dalam hati dan pikiran agar saya selalu mempunyai semangat untuk mereka.
Mereka tidak saja memberikan kami pelajaran untuk lebih bersabar, tetapi juga menanamkan di dalam hati kami apabila senyum seorang anak itu akan membuat seseorang yang sudah berpikiran dewasa akan merasa seperti anak kecil kembali. Merekalah yang membuat kami selalu berusaha untuk bersabar dan membuat senyuman dari mereka muncul di wajah kecil mereka. Ada satu quotes yang saya dengar dari salah satu motivator (Merry Riana) yaitu “semakin banyak yang kamu beri, maka semakin banyak pula yang kamu dapatkan”. Semakin banyak yang kamu berikan dalam hal berbagi , maka semakin banyak pula manfaat yang kamu dapatkan.Kalimat-kalimat tersebut memberikan semangat baru kepada saya untuk mencapai mimpi saya.
Mimpi saya pun berlanjut ketika Komunitas Jendela, komunitas tempat saya bernaung sedang menggalangkan program 100 perpustakaan di seluruh Indonesia, dan program ini dimulai di tahun ini, tahun 2014. Awal Februari 2014 kemarin, saya dan teman-teman mengunjungi satu desa di Kabupaten Bogor, tepatnya Desa Cibeureum, Jonggol. Perjalanan ke desa tersebut memakan waktu 9 jam untuk pulang-pergi tetapi sepulangnya dari tempat mereka, kami, akan selalu ingat kalau banyak anak-anak yang menantikan kami untuk memberikan “tangan” ke mereka. Tangan yang akan membawa mereka ke dunia yang lebih baik. Desa Cibeureum merupakan desa yang terisolir, menurut saya, karena untuk menuju desa tersebut harus naik ke bukit dulu dengan pemandangan yang indah di sepanjang perjalanan yaitu jurang di samping kiri dan kanan. Sesampainya disana, kami dikejutkan dengan antusias anak-anak yang ada di desa tersebut, mereka sudah mengetahui kalau kami akan datang membawa buku dan akan membangun perpustakaan di desa mereka. Kami baru saja menurunkan kardus-kardus buku beberapa menit tetapi buku tersebut sudah dipilih-pilih oleh mereka untuk dibaca.
Saya sangat bersyukur dan gembira melihat antusias dan senyum di wajah mereka. Bersyukur karena perjuangan kami tidak sia-sia dan gembira karena kami bisa membuat mereka tersenyum dengan bahagia. Tetapi kejadian ini masih membuat saya miris, di desa yang terletak di salah satu penyangga Ibukota, di Kabupaten Bogor masih susah untuk mendapatkan fasilitas pendidikan terutama sekolah dan buku. Di desa tersebut hanya terdapat satu sekolah yaitu Sekolah Dasar Cibeureum dan anak-anak yang ingin melanjutkan ke SMP harus turun bukit dahulu, yang ingin sekolah di SMA harus jalan berpuluh-puluh kilometer dahulu untuk menginjakkan kakinya di SMA. Walaupun miris, tetapi semuanya ini harus disikapi dengan positif, kita tidak akan tahu apabila tidak ada peristiwa seperti ini, sama seperti quotes yang baru saja saya dapatkan : “kita harus yakin bahwa kondisi akan berubah, dengan demikian pikiran kita akan terangsang untuk terus mencapai jalan”. Kalimat tersebut saya dapatkan dari Merry Riana di Buku Mimpi Sejuta Dolar dan saya akan terus berpikiran positif untuk meraih mimpi saya yaitu mimpiku adalah mereka karena kondisi akan selalu berubah, dan saya yakin kondisi itu merupakan kondisi yang lebih baik.
Dan akhirnya mimpi saya di dunia pendidikan dimulai dari menyaksikan anak kelas 4 SD di tempat KKN saya yang belum lancar membaca sampai saat ini, di tahun 2014 dimana Komunitas Jendela, komunitas tempat saya bernaung sedang menggalangkan program 100 perpustakaan di seluruh Indonesia. Mimpi saya akan terus ada sampai anak-anak di Indonesia ini memiliki pendidikan yang layak.